(JAKARTA) – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Drs. H. Firli Bahuri mengucapkan Selamat merayakan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriyah dan mengajak merayakannya dengan Semangat Anti Korupsi.
Menurut Firli, hari raya kurban yang banyak memberikan syafaat dan tauladan kepada seluruh umat manusia di dunia.
“Meski tidak dapat dirayakan seperti tahun-tahun sebelumnya karena pandemi Covid-19 yang masih mewabah di seluruh dunia, saya yakin esensi dari tiga peristiwa penting yang terjadi dalam setiap bulan Dzulhijjah, yaitu pelaksanaan ibadah haji, hari raya idul adha, dan penyembelihan hewan qurban, tetap menjadi pedoman bagi umat manusia di dunia, khususnya Umat Muslim,” kata Firli.
“Saya teringat kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang menjadi akar sejarah diperintahkannya ibadah haji dan qurban oleh Allah SWT. Satu diantara kisah 25 Nabi yang diceritakan ayah dan ibu sewaktu saya kecil, sebagai dongeng penghantar tidur dan cerita tersebut masih kuat melekat dalam ingatan saya. Satu hal makna pelajaran yang saya tidak pernah lupa bahwa hari raya qurban adalah hari penuh keikhlasan untuk menyerahkan yang kita miliki termasuk juga ikhlas memerangi hawa nafsu untuk memiliki materi yang berlebih,” terang Firli.
Dari kisah ini, lanjutnya, banyak sekali tauladan mengenai pengorbanan, kepatuhan, ke ikhlasan serta keberanian yang dibalut tekad yang kuat seorang hamba dalam menjalankan kewajiban, menunaikan ibadah dan perintah serta menjauhi seluruh larangan-Nya, sebagai wujud kecintaan abadi kepada Allah SWT, melebihi kecintaan lainnya di dunia fana ini.
“Umat manusia jangan sampai terbelenggu apalagi larut dan tenggelam kedalam surga fatamorgana duniawi yang bergelimang dosa, sehingga lupa kepada hakikat dan tujuan hidup dan kehidupan yang sejati, yakni memperoleh keridhaan ilahi,” tuturnya.
Ibadah qurban seyogianya menjadi momentum bagi kita untuk menyembelih tabiat tamak, sifat binatang yang sejatinya ada namun terpendam dalam diri setiap manusia.
Sama seperti binatang, tabiat tamak manusia pada hakikatnya adalah wujud nyata ketidakmampuan mengontrol dan mengendalikan keinginan, hasrat serta hawa nafsu, sehingga kehilangan moral, menjadi rakus karena tidak akan puas dengan apa yang ada, selalu kurang terhadap apa yang telah dimiliki.
“Korupsi bukan hanya kejahatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara tapi juga termasuk kejahatan kemanusiaan dunia karena telah masuk sampai fase berjejaring dimana dampaknya sangat destruktif pada setiap tatanan kehidupan umat manusia, dan hebatnya kejahatan ini dapat dilakukan secara sistimatik, terstruktur dengan dampak sistemik,” tegasnya.
Korupsi terbukti dapat menciptakan fantasi, mendorong kreativitas calon-calon koruptor untuk beradaptasi, berinovasi, dan memodifikasi modus-modus baru kejahatan korupsi, agar tidak terungkap apalagi tertangkap saat mereka beraksi.
Setiap individu yang minim integritas, dimana nilai-nilai kejujuran tak lagi tampak dipelupuk mata, telinga tuli dengan suara kebenaran, terhalang pekatnya selimut hitam laten korupsi yang menyuguhkan kehangatan dan kenikmatan semu surga fatamorgana, namun terlihat indah dan memukau mata hati calon-calon koruptor.
“Oleh karena itulah, sudah sepatutnya kita jadikan perayaan Idul Adha tahun ini sebagai momentum kebangkitan melawan hasrat dan nafsu jahat korupsi, yang kita mulai dari diri sendiri,” ungkapnya.
Bukan penyembelihan hewan kurban kambing ataupun sapi yang menjadi esensi dari perayaan Idul Adha, hari raya kurban tahun ini. Keikhlasan, pengorbanan dan konsistensi untuk tidak korupsi adalah esensi dari makna kurban yang seharusnya terpatri dalam setiap hati sanubari seluruh anak bangsa di negeri ini. (rls/bu3)