Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, baru-baru ini mengingatkan tentang bentuk baru penjajahan yang kini menghantui kehidupan modern. Dalam acara seminar internasional peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika di Blitar, Megawati menegaskan bahwa kolonialisme belum sepenuhnya berakhir, melainkan hanya bertransformasi.
Megawati menyatakan bahwa pendekatan penjajahan di era digital berbeda dengan metode tradisional yang menggunakan kekuatan militer. Dia yakin, hari ini penjajahan datang melalui algoritma dan pengolahan data yang semakin kompleks.
Dalam seminar tersebut, Megawati merujuk pada pentingnya perjuangan melawan bentuk neokolonialisme baru di abad ke-21. Dia memberikan penekanan bahwa pemanfaatan teknologi harus dilakukan dengan etika dan hati nurani, bukan sekadar mendukung kepentingan ekonomi tanpa mempertimbangkan dampak sosial.
Penjajahan Abad Digital Melalui Data dan Algoritma
“Jika dulu penjajahan hadir dengan meriam dan kapal perang, sekarang ia datang melalui algoritma dan data,” ungkap Megawati. Dengan pernyataan ini, dia ingin menunjukkan bahwa teknologi dapat berfungsi sebagai alat pengontrol dan penindas dalam tangan yang salah.
Dia juga menekankan, perjuangan dekolonisasi di tahun 1955 harus dilanjutkan dengan menghadapi tantangan digital yang dihadapi saat ini. Menurut Megawati, negara-negara maju sering kali menjadi pengendali data, sementara negara-negara berkembang hanya menjadi pengguna tanpa pemahaman mendalam.
Lebih lanjut, Megawati menggarisbawahi potensi bahaya yang ada dalam pengumpulan dan pengolahan data. Dia khawatir bahwa manusia dapat direduksi menjadi angka, dan data menjadi komoditas yang diolah sesuai kepentingan segelintir pihak.
Riset dari berbagai lembaga internasional semakin memperkuat narasi yang diangkat oleh Megawati. Dalam laporan tersebut, dinyatakan bahwa 70 persen data dunia saat ini dikuasai oleh raksasa teknologi, yang sebagian besar beroperasi dari negara-negara maju.
Dalam konteks ini, negara seperti Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai pasar, tetapi juga sebagai sumber data dengan sedikit kontrol atas infrastruktur yang mendukung pengolahan data tersebut. Ketergantungan pada teknologi asing dapat memicu berbagai risiko yang mengancam kedaulatan informasi.
Tantangan Kemanusiaan dan Kedaulatan Bangsa
Menurut Megawati, tantangan digital yang dihadapi saat ini sejatinya bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga berkaitan dengan kemanusiaan dan kedaulatan bangsa. Tanpa adanya kendali terhadap teknologi dan data, pencapaian kemerdekaan sejati akan semakin sulit.
Dia menyerukan perlunya etika global baru untuk mengatur hubungan kekuasaan dalam dunia teknologi, ekonomi, dan informasi. Dalam pandangannya, dunia harus mengembangkan norma moral yang dapat menata ulang kekuasaan di tingkat global.
Di tengah kondisi ini, Megawati menekankan bahwa Indonesia harus menunjukkan keberanian moral. Ia mengajak semua pihak untuk merujuk pada nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dalam era digital.
Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan, Megawati percaya bahwa tantangan teknologi dapat dikelola dengan cara yang beretika dan manusiawi. Dengan begitu, teknologi akan berfungsi untuk memberdayakan, bukan menindas.
Megawati juga mengingatkan pentingnya menempatkan manusia sebagai pusat peradaban dalam menghadapi abad digital ini. Dunia baru yang diperjuangkan bukanlah dunia yang dikuasai oleh mesin dan modal, melainkan dunia yang memuliakan dan menghargai kehidupan manusia.
Pancasila sebagai Pedoman Etika Digital
Di dalam seminar tersebut, Megawati mengungkapkan keyakinannya bahwa nilai-nilai Pancasila dapat menjadi pedoman dalam perkembangan dunia digital. Dia menggarisbawahi bahwa Pancasila dapat menegakkan keseimbangan antara dunia material dan spiritual.
Dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai acuan, Megawati berharap teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, bukan sebaliknya. Makanya, penting bagi semua pihak untuk memahami bahwa kemajuan teknologi harus tetap dalam bingkai etika kemanusiaan.
Teknologi digital yang dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Pancasila akan menciptakan ekosistem yang lebih adil. Ini adalah langkah yang krusial untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi seharusnya tidak menjadi alat penindasan, tetapi harus diarahkan untuk membangun solidaritas antarbangsa. Hal ini bisa terwujud jika kita bersama-sama menanamkan semangat Pancasila dalam setiap aspek kehidupan digital.
Di akhir sambutannya, Megawati mencatat bahwa dunia yang baru seharusnya bukan sekadar menghadapi perkembangan teknologi, tetapi juga memastikan bahwa teknologi tersebut mendukung nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki.