Bintang Timnas Indonesia, Calvin Verdonk, kini menghadapi tantangan besar di musim pertamanya bersama Lille. Perannya tidak hanya terbatas di Ligue 1, tetapi juga di Liga Europa musim 2025/2026 menjadi penguji kemampuannya beradaptasi dengan cepat.
Calvin resmi bergabung dengan Lille pada 2 September, tepat di akhir bursa transfer musim panas. Datangnya di saat kritis memerlukan kecepatan dalam penyesuaian, terutama karena Liga telah berjalan.
Di tim yang sangat kompetitif, Verdonk tidak sendiri. Ia harus bersaing dengan Romain Peraud, yang juga berusia 28 tahun dan baru saja pindah dari klub Spanyol, Real Betis.
Pendekatan Pelatih dan Strategi Tim di Liga Eropa
Pelatih Bruno Genesio mampu menyesuaikan jam bermain bagi kedua pemain baru ini. Peraud lebih sering ditempatkan dalam skema Ligue 1, sedangkan Verdonk diandalkan di panggung Eropa.
Selama Liga Europa, Verdonk selalu menjadi starter dalam tiga pertandingan awal dan hampir memainkan setiap menitnya. Hanya di laga melawan Roma, ia ditarik keluar di menit ke-69.
Di Ligue 1, situasinya sedikit berbeda. Verdonk hanya bermain dalam empat dari sebelas pertandingan yang dijalani Lille, dengan dua laga sebagai starter.
Statistik Menarik yang Menunjukkan Dominasi Verdonk
Pemilihan Verdonk untuk kompetisi Eropa tentu memiliki alasan yang kuat. Berdasarkan statistik, kontribusi defensifnya sangat mengesankan dengan angka mencapai 89 persen, sementara Peraud hanya di kisaran 35 persen.
Meski keduanya berposisi sebagai bek kiri, kontribusi offensif Peraud lebih menonjol. Ia telah mencetak dua gol dan satu assist dari sembilan penampilannya di Ligue 1.
Verdonk, di sisi lain, lebih fokus pada peran defensif dan baru mencatatkan satu assist dalam Liga Europa. Hal ini sesuai dengan karakter permainannya yang lebih mengedepankan pertahanan.
Konsistensi Kinerja dan Adaptasi di Lingkungan Baru
Konsistensi menjadi keunggulan Verdonk di atas lapangan. Berdasarkan catatan, ia hampir selalu mendapat nilai di atas 7, kecuali saat menghadapi PAOK ketika nilainya jatuh di angka 6,9.
Dibandingkan, Peraud lebih fluktuatif dalam performanya. Di dua dari sepuluh pertandingan, ia mendapatkan nilai di atas 8, tetapi juga memiliki tiga laga dengan nilai sekitar 6.
Manajemen jam terbang menjadi hak prerogatif pelatih, dan Verdonk terbukti dapat memenuhi ekspektasi. Meski Liga Prancis adalah pengalaman baru baginya, ia menunjukkan kemajuan yang signifikan.