Puluhan siswa dari SD dan SMP di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, diduga mengalami keracunan makanan ketika mengikuti program Makan Bergizi Gratis (MBG). Insiden terjadi pada Selasa, 30 September, dan melibatkan siswa yang mendapatkan perawatan medis di puskesmas setempat.
Kepala Puskesmas Kadungora, Noni Cahyana, menyebutkan bahwa di antara korban terdapat dua siswa SD dan delapan siswa dari SMP PGRI Kadungora. Sebagian besar korban berasal dari SMP Negeri 1 Kadungora, menunjukkan sebaran dampak yang cukup luas pada program tersebut.
Beberapa pelajar telah memberikan kesaksian mengenai gejala yang mereka alami, yang sebagian besar sangat mirip. Gejala tersebut termasuk mual, pusing, dan sesak napas yang terjadi secara mendadak setelah mengonsumsi makanan dalam program MBG.
Penjelasan dan Gejala yang Dialami Siswa Korban Keracunan
Rahmawati, seorang siswa berusia 14 tahun dari SMP PGRI Kadungora, berbagi pengalamannya terkait keracunan tersebut. Dia merasakan gejala mual dan sesak napas yang cepat muncul setelah mengonsumsi susu dalam menu MBG.
Menurut Rahmawati, sesak napasnya muncul saat dia sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. “Saya tiba-tiba merasa sesak dada dan engap,” ungkapnya, menunjukkan betapa cepatnya gejala itu muncul.
Dia juga melaporkan bahwa susu yang dia konsumsi meninggalkan rasa tidak enak di mulutnya. “Setelah diminum, saya merasa ada yang tidak beres,” tambah Rahmawati, menandakan adanya sesuatu yang tidak biasa dalam makanan yang disajikan.
Situasi di Puskesmas dan Tanggapan dari Pihak Berwenang
Berdasarkan pantauan di Puskesmas Kadungora, terlihat situasi yang sangat ramai dengan para siswa yang terkapar di tempat tidur perawatan. Banyak orang tua yang hadir, bersama dengan personel TNI, Polri, dan BPBD, terlihat sibuk mengantarkan pasien untuk mendapatkan perawatan.
Lili, seorang penjaga sekolah, juga melaporkan mengalami gejala serupa setelah mencicipi makanan MBG. Dia menjelaskan bahwa makanan tersebut termasuk susu dan kacang edamame.
Kepala Puskesmas Noni Cahyana menambahkan bahwa selain siswa, ada juga seorang guru yang mengalami keracunan setelah mencicipi menu yang sama. Kejadian ini menarik perhatian tinggi dari masyarakat dan pihak berwenang yang ingin memastikan keselamatan siswa.
Investigasi Mengenai Penyebab Keracunan Makanan di Sekolah
Sebagai langkah awal, pihak berwenang melakukan investigasi untuk mencari tahu penyebab pasti keracunan makanan ini. Pengujian terhadap makanan yang disajikan dalam program MBG kini menjadi perhatian utama.
Orang tua siswa, Wiwin, juga mengungkapkan keprihatinan. Dia menceritakan bahwa anaknya langsung mengalami gejala seperti pusing dan mual setelah menyantap makanan di sekolah. “Anak saya tidak ingat apa-apa setelah makan,” ujar Wiwin, menandakan dampak serius yang bisa terjadi.
Masyarakat setempat berharap investigasi ini akan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana mencegah kejadian serupa di masa depan. Keselamatan dan kesehatan siswa harus menjadi prioritas utama dalam setiap program yang dilaksanakan oleh instansi pendidikan.