Mengubah Stigma Pole Dancing di Korea Selatan Menjadi Olahraga yang Disiplin dan Berkelas

Di tengah modernisasi yang semakin cepat, dunia pole dancing di Korea Selatan masih dihantui oleh stigma dan pelecehan yang mengakar kuat. Meskipun serial Aema berhasil menampilkan pole dancing dengan lensa yang lebih progresif, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa para penari tiang masih berjuang melawan pandangan yang sempit dan serangan moral dari masyarakat.

Di Studio OhHaUn Pole Dance yang berada di Distrik Yangcheon, Seoul, instruktur Kim Si-yeon menyampaikan bahwa meskipun penampilan dalam acara tersebut singkat, dampaknya sangat besar bagi masyarakat. Adegan tersebut berhasil menampilkan pole dancing sebagai bentuk olahraga yang sah, bukan sekadar hiburan yang bersifat seksual.

“Tidak ada keraguan bahwa olahraga ini membutuhkan komitmen yang tinggi. Mereka yang berlatih dua hingga tiga kali seminggu membutuhkan waktu setidaknya satu tahun untuk mencapai keterampilan yang mumpuni,” ujar Kim. Namun, meskipun ada kemajuan, prasangka masyarakat masih tetap menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi para penari.

Menghadapi Stigma dan Pelecehan di Dunia Pole Dancing

Stigma yang melekat pada pole dancing mengundang berbagai bentuk pelecehan, baik verbal maupun fisik. Menurut Kim, mereka sering kali menerima pesan atau panggilan yang tidak pantas, termasuk ajakan untuk menari telanjang dengan imbalan uang. “Situasi ini bukanlah hal baru, namun belum ada solusi konkret untuk menghentikannya,” tambahnya.

Keberanian para penari untuk berbicara tentang pengalaman mereka kerap kali berujung pada penolakan dari masyarakat. “Setiap kali kami berusaha menjelaskan bahwa ini adalah olahraga, banyak yang tetap bersikeras menghubungkannya dengan seks,” ungkap Kim. Hal ini menciptakan kesenjangan besar antara realitas dan persepsi yang ada di masyarakat.

Selain pelecehan verbal, kasus kriminalitas juga terus meningkat. Seperti yang terjadi pada Oktober 2023 ketika seorang pria di Busan diadili atas tindakan tidak senonoh saat menonton penari dari luar studio. Ini menunjukkan betapa rentannya para penari dalam menghadapi situasi yang tak terduga selama mereka berlatih.

Kasus Kriminal dan Dampaknya pada Penari

Di dunia pole dancing, keamanan menjadi isu utama yang sulit diabaikan. Dalam kasus terbaru, seorang pelaku di Seoul mendapatkan hukuman enam bulan penjara setelah diumumkan bersalah karena menguntit penari pole dance dalam beberapa sesi. Kasus ini menyoroti betapa seriusnya masalah pelecehan seksual yang dialami oleh para penari.

Hukuman ringan untuk pelaku seperti ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa jauh sistem hukum dapat melindungi para penari. Seorang penari yang enggan disebutkan namanya berbagi pengalamannya, mengungkapkan rasa putus asa ketika hukum tampaknya tidak berpihak. “Kami ingin merasa aman saat berlatih, tapi terlalu sering kami merasa seperti target,” katanya.

Secara keseluruhan, kasus-kasus seperti ini semakin mendesak untuk mengubah sikap masyarakat. Penari tidak hanya berjuang untuk diakui sebagai atlet, tetapi juga untuk mendapatkan rasa hormat dan perlindungan dari tindakan pelecehan yang merugikan.

Mentaati Etika dan Mengedukasi Masyarakat

Untuk mengatasi masalah ini, sebuah pergeseran paradigma dalam pendidikan dan kesadaran publik sangat dibutuhkan. Jika orang-orang memahami pole dancing sebagai seni dan olahraga, mereka mungkin akan lebih menghormati penari sebagai profesional. Di sinilah peran pendidikan sangat vital dalam mengurangi stigma yang ada.

“Ada kebutuhan mendesak untuk menyebarluaskan informasi tentang pole dancing,” ujar Kim. Mengedukasi masyarakat dapat membentuk perspektif yang lebih terbuka dan mengurangi prasangka yang ada. Melibatkan media dalam menyajikan informasi yang seimbang juga sangat penting.

Beberapa studio telah meluncurkan program pendidikan untuk memberikan wawasan tentang teknik dan disiplin yang diperlukan dalam pole dancing. Melalui kegiatan ini, diharapkan stigma dapat berkurang dan lebih banyak orang dapat melihat nilai positif dari olahraga ini.

Membangun Komunitas yang Aman dan Mendukung

Komunitas penari pole dance juga berusaha untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung satu sama lain. Banyak studio mulai menyelenggarakan sesi berbagi pengalaman, di mana penari bisa saling mendukung dan mendiskusikan tantangan yang mereka hadapi. Ini memberi mereka rasa komunitas yang sangat penting dalam menghadapi stigma yang mengelilingi.

“Satu hal yang kami ajarkan di studio adalah kekuatan saling mendukung,” kata Kim. Membangun satu sama lain merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa tidak ada penari yang merasa sendirian dalam perjuangan mereka. Komunitas yang kuat dapat membantu menciptakan rasa aman yang diperlukan untuk berlatih dengan nyaman.

Akhirnya, dengan semakin banyaknya dukungan dari masyarakat dan pemahaman yang lebih baik tentang pole dancing, diharapkan stigma ini dapat berkurang dan para penari bisa merasakan kebebasan untuk mengekspresikan diri mereka tanpa rasa takut atau lecehan. Dengan demikian, mereka dapat fokus pada latihan dan pengembangan keterampilan yang mereka cintai.

Related posts